Wednesday, May 2, 2007

ALBUM KETIGA: CAMELIA 3

PUISI-PUISI
Elegi Esok Pagi
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Izinkanlah kukecup keningmu
Bukan hanya ada di dalam angan
Esok pagi kau buka jendela
Kan kau dapati seikat kembang merah

Engkau tahu aku mulai bosan
Bercumbu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Menyambut pagi membuang sepi

Izinkanlah aku kenang sejenak perjalanan
Dan biarkan kumengerti apa yang tersimpan di matamu
Barangkali di tengah telaga ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini bukan jadi mimpi di atas mimpi

Izinkanlah aku rindu pada hitam rambutmu
Dan biarkan kubernyanyi
Demi hati yang risau ini.

Camellia III
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Di sini di batu ini
Akan kutuliskan lagi namaku dan namamu
Maafkan bila waktu itu
Dengan tuliskan nama kita, kuanggap engkau berlebihan

Sekarang setelah kau pergi
Kurasakan makna tulisanmu
Meski samar tapi jelas tegas
Engkau hendak tinggalkan kenangan
Dan kenangan…

Di sini kau petikkan kembang
Kemudian engkau selipkan pada tali gitarku
Maafkan bila waktu itu kucabut dan kubuang
Kau pungut lagi dan kau bersihkan

Engkau berlari sambil mengangis
Kau dekap erat kembang itu
Sekarang baru aku mengerti
Ternyata kembangmu kembang terakhir
Yang terakhir …

Oh! Camellia
Katakanlah di satu mimpiku
Oh! Camellia
Maafkanlah segala khilaf dan salahku

Di sini di kamar ini, yang ada tinggal gambarmu
Kusimpan dekat dengan tidurku
Dan mimpiku.

Dosa Siapa, Ini Dosa Siapa?
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Kudengar suara jerit tangismu, sesepi gunung
Kulihat bening bola matamu, sesejuk gunung
Oh! engkau anakku yang menanggungkan noda
Sedang engkau terlahir mestinya sebening kaca
Apa yang dapat kubanggakan, kata maafku pun belum kau mengerti

Dosa siapa, ini dosa siapa
Salah siapa, ini salah siapa
Mestinya aku tak bertanya lagi

Kudengar ceria suara tawamu, menikam jantung
Kulihat rona segar di pipimu, segelap mendung
Oh! engkau anakku yang segera tumbuh dewasa
Dengan selaksa beban mestinya sesuci bulan
Apa yang dapat kudambakan, kata sesalku pun belum kau mengerti

Dosa siapa, ini dosa siapa
Salah siapa, ini salah siapa
Jawabnya ada di relung hati ini.


Kalian Dengarkah Keluhanku?
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Dari pintu ke pintu kucoba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku dan keluh ibunya
Tetapi nampaknya semua mata memandangku curiga
Seperti hendak telanjangi dan kuliti jiwaku

Apakah buku diri ini harus selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
Dengan sinar matanya yang lebih tajam dari matahari

Ke manakah sirnanya nurani embun pagi
Yang biasanya ramah kini membakar hati
Apakah bila terlanjur salah akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi untuk kembali

Kembali dari keterasingan ke bumi beradab
Ternyata lebih menyakitkan dari derita panjang
Tuhan bimbinglah batin ini agar tak gelap mata
Dan sampaikan rasa inginku kembali bersatu.

Sepucuk Surat Cinta
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Coba kau tinggalkan aku sendiri
Untuk belajar menahan kerinduan
Dan untuk menimbang sampai seberapa
Kadar cinta kasihku kepadamu
Sampai seberapa kesetiaanku, padamu

Coba kau biarkan aku berfikir
Apa yang mesti kukatakan padamu
Setiap orang selalu saja bicara
Tentang masa depan dan masa silam
Aku akan jujur saja kukatakan aku cinta padamu

Kulihat kaki-kaki burung berdansa
Kudengar putik-putik kembang berdendang
Itukah petanda aku jatuh cinta
Itukah petanda hatiku kembali tergugah

Coba kau renungkan sekali lagi
Di sisi manakah ku harus berdiri
Sebab ini semua tergantung padamu
Sedang di sini telah kubuka tanganku
Sekarang tinggal bagaimanakah kau bersikap padaku

Kekerasanmu mulai aku sukai
Sikap-sikapmu pun telah ku mengerti
Pandangan hidupmu aku pun setuju
Walau kita ada di jalan berbeda
Tetapi jelas bahwa tujuan kita sama, padaNya

Benarkah di satu sudutmu Jakarta
Cintaku mulai tumbuh subur
Atau semua ini hanyalah sejenak
Seperti yang selalu aku dapati
Seperti yang selalu aku temui
Berakhir.

Lolong
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Jembatan batu di sebelahku diam
Pancuran bambu kecil memercikkan air
Menghempas di atas batu hitam
Merintih menikam sepi pagi

Pucuk-pucuk cemara bergoyang-goyang
Diterpa angin dingin bukit ini
Seperti mengisyaratkan doa rahasia alam diam di sekitarnya
Di sini pun aku mencari Engkau
Setiap kali kupanggili namaMu
Namun selalu saja hanya gema suaraku
Yang terdengar rindu

Gadis manis duduk di sebelahku
Menyematkan kembang di saku bajuku
Dan bercerita tentang sepasang burung
yang bercumbu di atas dahan
Tetapi sepi tetap bergayut di dada
Selalu ku teriakkan kata "Di mana?"
Tetapi rindu tetap bergayut di dada
Selalu ku teriakkan kata "Di mana?"

Ketika pulang aku turun ke kali
Dan berkaca di atas air
kulihat wajahku letih dan tua
Tapi aku berusaha tertawa
Anggap hidup hanya sandiwara
Yang kan berakhir segera.

Hidup IV
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Oh! rentangkan tanganMu bersama datang malam
Agar dapat kurebahkan kepala pada bulan di lenganMu
Oh! hembuskanlah nafas iman ke dalam sukma
Agar dapat kuyakini hidup dan kehidupan ini

Di gunung kucari Kamu
Di sini pun kucari Kamu
Di mana kan kutemui Kamu
Untuk luluh dalam genggamanMu

Oh! bisikkanlah kemanakah langkah mesti ku bawa
Agar pasti akan bertemu untuk kutumpahkan rindu
Di lenganMu kutemukan cinta
Di mataMu memancar makna
Rindu ini tak tertahan lagi
Untuk menangis di pangkuanMu.

Saksikan Bahwa Sepi
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Dengarlah suara gemercik air di balik rumpun bambu
Di sudut dusun
Lihatlah pancuran berdansa riang
Menyapa batuan, menjemput bulan
Ada perempuan renta menimba,
terbungkuk namun sempat senandungkan tembang
Sedang di balik pagar gadis berdendang
Tengah mandi telanjang

Dengarlah suara nafas jalanan
Di balik gedung tinggi di bawah terik
Lihatlah geriap lalu lalang
Disaput debu panas kasih pun sirna
Ada perempuan tua berdandan
Bergincu tebal senandungkan dosa
Sedang di balik dinding jejaka gelisah
Menunggu saat berkencan

Sangatlah nyata beda antara berdiri di bebukitan sejuk
Dengan di bawah terik matahari
Saksikan bahwa sepi
Lebih berarti dari keriuhan.

Ada Yang Tak Mampu Ku Lupa
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Ada yang tak mampu ku lupa
Bulu lembut di keningmu
Yang meremang kala ku kecup
Dan ketika ku sibak rambutmu

Ada yang tak hendak ku buang
Serangkaian kenang-kenangan
Yang tergambar di gelap malam
Dan tersimpan di pucuk daunan

Langit di atas simpang jalan menemaniku bernyanyi
Bagai gejolak pohonan runtuh
Bersama gitar, bersama sepi, bersama luka dan cinta
Aku masih sempat bernyanyi lagi

Ada yang mesti ku pikir lagi
Melepas dendam dan sakit hati
Dan berjuang membendung benci
T
uhan jagalah tanganku ini.

UntukMu Kekasih
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade
Ingin berjalan berdua denganmu kekasih
Lewati malam setelah usai rinai gerimis
Lelawa jadi luruh dengan rumput biru
Jemari tangan kita lekat jadi satu
Pipimu memerah, hasratku merekah
Kenapakah waktu tertinggal jauh

Kukatakan kepadamu tentang hijau huma
Yang bakal kita kerjakan dengan sederhana
Kita segera akrab dengan sinar pagi
Nyanyikan kupu-kupu hinggap di rambutmu
Tersenyumlah kamu, tertawalah aku
Kenapakah waktu tertinggal jauh

Malam suntingkan rembulan untukku
Agar cinta tak berpaling dariku
Lama aku pelajari satu puisi
Sayang bila hanya angin yang mengerti
Oh! burung bernyanyilah
Demi terjalin cinta.

ALBUM KEDUA: Camelia 2

PUISI-PUISI EBIET G. ADE
Berita Kepada Kawan
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang, engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan
Perjalan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya "Mengapa?"
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut kukhabarkan semuanya
Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

Camelia II
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Gugusan hari-hari indah bersamamu Camelia
Bangkitkan kembali rinduku mengajakku ke sana
Ingin ku berlari mengejar seribu bayangmu Camelia
Tak perduli kan kuterjang, biarpun harus kutembus padang ilalang

Tiba-tiba langkahku terhenti
Sejuta tangan telah menahanku
Ingin kumaki mereka berkata
Tak perlu kau berlari mengejar mimpi yang tak pasti
Hari ini juga mimpi
Maka biarkan ia datang di hatimu…
Di hatimu


Cita-Cita Kecil Si Anak Desa
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Aku pernah punya cita-cita hidup jadi petani kecil
Tinggal di rumah desa dengan sawah di sekelilingku
Luas kebunku sehalaman kan kutanami buah dan sayuran
Dan di kandang belakang rumah kupelihara bermacam-macam peliharaan
Aku pasti akan hidup tenang
Jauh dari bising kota yang kering dan kejam
Aku akan turun berkebun mengerjakan sawah ladangku sendiri
Dan menuai padi yang kuning bernas dengan istri dan anakku
Memang cita-citaku sederhana sebab aku terlahir dari desa

Istriku harus cantik, lincah dan gesit
Tapi ia juga harus cerdik dan pintar
Siapa tahu nanti aku kan terpilih jadi kepala desa
Kan kubangkitkan semangat rakyatku dan kubangun desaku

Desaku pun pasti mengharap aku pulang
Akupun rindu membasahi bumi dengan keringatku
Tapi semua itu hanyalah tergantung padaNya jua
Tapi aku merasa bangga
Setidak-tidaknya aku punya cita-cita



Nyanyian Ombak
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Kau campakkan dan kau terlantarkan
Kembang yang kupersembahkan kepadamu, sepenuh hati
Kau diamkan bahkan kau tinggalkan
Aku yang tertegun di dalam rindu, di dalam sepi

Benarkah telah kering kasih sayang di jantungmu
Layaknya musim ini berkaca pada sikapmu
Ranting-ranting patah gemertak, belalang pun terbang mencari hijau
Sisi ladangku tak lagi subur untuk tumbuhkan cinta kasihmu

Kau dengarkan dan coba renungkan
gelombang di laut, nyanyian rindu
Menikam kalbu
.

Cinta Di Kereta Biru Malam
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Semakin dekat aku memandangmu, semakin tegas rindu di keningmu
Gelora cinta membara di pipimu
Gemercik hujan di luar jendela, engkau terpejam bibirmu merekah
Mengisyaratkan hasrat di tanganmu

Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
Penahan dingin di kereta biru malam
Kau nyalakan gairah nafsuku
Kau hela cinta di dadaku
Kau ciptakan musik irama tra la la la la la la
Kau ciptakan gerak irama tra la la la la la la
Kau ciptakan panas irama tra la la la la la la
Kau ciptakan musik irama tra la la la la la la
Kau ciptakan diam irama tra la la la la la la

Butir keringat basah bersatu, deru nafas birahi pun bersatu
Kereta makin pelan dan berhenti
Kuulurkan lembut tanganku, kubenahi kusut gaunmu,
Engkau tersenyum pahit dan menangis

Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
Kini basah bersimbah peluh kita berdua
Kuhempaskan lelah tubuhku, kubuang cinta di dadaku
Kuciptakan janji irama tra la la la la la la
Kuciptakan ingkar irama tra la la la la la la
Kuciptakan dosa irama tra la la la la la la
Kuciptakan diam irama tra la la la la la la.


Mimpi Di Parang Tritis
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Engkau terlena dalam pelukan dingin malam
Matamu terpejam, kembang masih erat kau genggam
Butir pasir beterbangan, sinar bulan berkilauan
Kau tersenyum dalam diam, kau tertidur makin lelap
Seperti bintang wajahmu gemerlap

Kudekap erat sukmamu, kuselimuti tubuhmu
Aku terjaga, pekik ombak laut selatan
Matahari pagi di atas puncak bukit karang
Sebatang pohon kering membelah matahariku
Kubertanya kepadamu: "Mimpi indahkah kau semalam?"
Kiranya kini kau telah hilang musnah
Seperti namamu yang kutuliskan di pasir
Ditelan ombak pantai laut selatan.


Hidup III
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Sekarang aku tengah tengadah ke langit
Berjalan di atas bintang-bintang
Bersembunyi dari bayang-bayangku sendiri
Yang sengaja kutinggal di atas bukit

Barangkali tanganMu takkan lagi mengejarku
Untuk merenggut segenap hidupku
Aku yang sembunyi di bawah kulitku sendiri
Kapan lagi akan mampu berdiri

Lihatlah kedua belah tanganku yang kini nampak mulai gemetaran
Sebab ada yang tak seimbang antara hasrat dan beban
Atau kerna jiwaku yang kini mulai rapuh
Gampang diguncangkan angin
Lihatlah bilik di jantungku denyutnya tak rapi lagi
Seperti akan segera terhenti
Kemudian sepi dan mati.


Kontradiksi Di Dalam
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Aku sering merasa kesal serta bosan
Menunggu matahari bangkit dari tidur
Malam terasa panjang dan tak berarti
Sementara mimpi membawa pikiran makin kusut

Maka wajar saja bila aku berteriak di tengah malam
Itu hanya sekedar untuk mengurangi
beban yang memberat di kedua pundakku
Aku ingin segera bertemu dengan wajahmu pagi
Untuk kucanda dan kucumbu, di situ ku dapat cintaku

Aku sering merasa muak serta sedih
Bila setiap kali harus aku saksikan
Wajah-wajah dusta masih tega tertawa
Sementara korban merintih di kedua kakinya.


Frustrasi
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Semalaman aku terbaring di sini
Di balik dinding bambu yang tua aku sendiri
Buku jariku meregang aku ingin berdiri
Tapi bulu kudukku menari lembut dihembus angin

Aku bernyanyi untuk menahan letih
Bukan jatuh cinta padamu gadis manis
Telah kupejamkan semua mata
Bagi cinta kasih yang gemerlapan
Biar ku benahi hasrat di hati
Kemana pun langkah kan kubawa lari
Tubuh dan sukmaku yang dalam sakit
Dibakar semangat bumi yang semakin tak bisa ku mengerti
Sekarang pun aku masih ragu-ragu
Mesti ke manakah mataku memandang jauh.

Sajak Pendek Bagi I. R.
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade

Ku simpan asa di rerumputan
Tempat kita pernah berjalin tangan
Nafasku dan nafasmu saling bertautan
Meniti kasih di selembar benang

Kubunuh rindu di sudut ruang
Tempat kita pernah mesra berbincang
Yang kini tumbuh menjadi dendam
Kau bakar cinta, kau tikam luka

Haruskah aku kalah lagi
Setelah kalah dan kalah
Mestikah aku jatuh lagi
Setelah jatuh dan jatuh
Atau harus aku gali kubur kita berdua
Dan kutancapkan tonggak kayu atas kemenanganku
Keputusannya ada pada sikapmu
Dan suasana di batinku
Tuhan, maafkan aku

Saturday, April 28, 2007

ALBUM PERDANA: CAMELIA 1

BERANDA
Ebiet G. Ade lahir pada 21 April 1955 di Wonodadi sebuah desa kawasan Banyumas yang terletak 12 km dari Banjarnegara, sekarang menetap di Yogyakarta.
Jelas apa yang ingin dijangkau Ebiet lewat album perdananya ini tiada lain adalah komunikasi dalam kemanusiaan dan keindahan. Sungguh karya musik dan sekaligus lirik-lirik yang diciptakannya memiliki sesuatu energi segar bagi pembaharuan dan kemajuan musik Tanah Air kita.
“Tak ada jalur definitf dalam warna musik saya! Terserah saja mau dimasukkan dalam jenis apa musik saya ini”, demikian kata Ebiet. Sebab begitulah kadang-kadang seorang pencipta lagu tak tahu jenis musik apa atau jalur mana karya ciptaannya itu. Yang cukup bisa dipahami adalah bahwa Ebiet mencoba menyodorkan konsep musikalisasi puisi yang serba komplit dalam penggarapannya.
Secara polos Ebiet menerangkan bahwa pada awalnya ia lebih tertarik dengan bidang puisi. Dan baru kemudian ia menganggap bahwa puisi akan terasa lebih komunikatif serta berdaya jangkau lebih luas kalau dimusikalisasikan. Untuk pertama kalinya di tahun 1974 Ebiet mencoba muncul untuk menyanyikan puisi karya Emha Ainun Najib berjudul “KUBAKAR CINTAKU”.
“Saya tidak mau disebut sebagai penyanyi”, begitu ucap Ebiet. “Saya punya cita-cita untuk sukses sebagai Penyair yang senang musik dan nyanyi!”, katanya menegaskan. Ketika diadakan pertemuan para seniman di Yogyakarta, Ebiet muncul dengan menyanyikan sebuah lagu yang mengambil lirik dari puisi karya penyair Amerika terkemuka Emily Dickinson.
Kota-kota yang pernah menjadi pertunjukan solonya antara lain Yogyakarta, Pekalongan, dan Surabaya. Ebiet yang bersahabat dengan tokoh musik terkemuka Leo Kristi dikatakan sebagai memiliki suara mirip Jose Feliliciano. “Dia bukan penyanyi favorit saya. Kalau benar suara saya mirip Jose Feliliciano, hal itu hanya sebagai kebetulan saja”, ucap Ebiet. Lantas musisi mana yang menjadi idolanya? “Mereka yang saya senangi adalah Bob Dylan, John Denver, dan Joan Baez”.
Musik yang diciptakan Ebiet melalui lagu-lagunya terasa memiliki warna country modern, sekalipun disana sini terlihat juga unsur pop, rock, boogie, folk sampai kesentuhan klasik juga ia munculkan. Ebiet pernah ikut kursus gitar tokoh musik kenamaan Kusbini.
Disini Ebiet memainkan gitar akustik dan harmonika. Thema keimanan berusaha ditonjolkan Ebiet dalam banyak puisi dan lagu-lagunya. “Itulah sebabnya saya sangat terkesan oleh sastrawan penyair Subagio Sastrowardoyo. Karya-karya puisinya mengungkapkan hubungan dengan Ketuhanan. Dan secara jujur saya pernah mengalami keresahan dalam menilai Ketuhanan ini. Tapi semakin saya jauh terasa semakin hampa, dan akhirnya saya kembali meyakini keimanan yang semakin mantap”, ucap Ebiet yang muslim itu.
Itulah sekelumit tentang Ebiet yang memiliki kemampuan besar untuk maju dan memajukan dunia musik pop Indonesia yang mulai nampak cerah dan menaik dalam cita rasa. Dan karya album perdananya ini memiliki momentum yang cukup meyakinkan.

MUSISI

Billy J. Budiharjo
Music director, electric guitar, bass guitar, accoustic guitar/mellotron
Dodo
Accoustic piano, strings/mellotron, synthesizer
Opop
Drum
Ebiet G. Ade
Accoustic guitar, harmonika
Suryati Supilin
Biola
Zulkifly
Celo
Sutanto
Flute
Rully
Recording Engineer
PUISI-PUISI


LAGU UNTUK SEBUAH NAMA
Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade


Mengapa jiwaku mesti bergetar
sedang musik pun manis kudengar
mungkin karena kulihat lagi
lentik bulu matamu….. bibirmu…..
dan rambutmu yang kaubiarkan jatuh berderai dikeningmu
makin mengajakku terpana,
kau goreskan gita cinta

Mengapa aku mesti duduk disini
sedang engkau tepat di depanku
mestinya aku berdiri
berjalan ke depanmu….. kusapa…..
dan kunikmati wajahmu atau kuisyaratkan cinta
tapi semua tak kulakukan
kata orang: Cinta mesti berkorban

Mengapa dadaku mesti berguncang
bila kusebutkan namamu
sedang kau diciptakan bukanlah untukku
Itu pasti….
Tapi aku tak mau peduli
sebab cinta bukan mesti bersatu
biar kucumbui bayangmu
dan kusandarkan harapanku

Yk Nop 1977

CAMELIA 1
Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade


Dia Camelia, puisi dan pelitaku
kau sejuk seperti titik embun membasah di daun jambu
di pinggir kali yang bening
sayap-sayapmu kecil lincah berkepak
seperti burung camar terbang mencari tiang sampan
tempat berpijak kaki dengan pasti
mengarungi nasibmu, mengikuti arus air berlari

Dia Camelia, engkaukah gadis itu
yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di setiap tidurku
datang untuk hati yang kering dan sepi
agar bersemi lagi….

Kini datang mengisi hidup
ulurkan mesra tanganmu
bergetaran rasa jiwaku
menerima karuniaMu

Camelia oh Camelia

Okt 1976

PESTA
Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade


Pada sebuah pesta aku kehilangan sesuatu
bukan yang nampak di mata, tapi yang ada di dalam
kalian pasti menyangka aku jatuh cinta
bukan itu yang kumaksudkan
aku kehilangan diriku…..

Pada sebuah pesta dansa aku merasa hilang
langit-langit seperti berputar, hmm…, berputar
aku seperti bayi yang serba tak mengerti

Ketika seorang dara memaksaku berdansa
aku merasa geli sendiri sebab itu tak mungkin
apalagi cara berdansa mana mampu kulakukan
sedang menyentuh kulit perempuan aku tak berani

Pada sebuah pesta aku jadi teringat
waktu ibuku di kampung menumbuk padi
sebab musik berdetak
seperti lesung ditalu

Yk 1978

NASIHAT PENGEMIS UNTUK ISTRI
&
DOA UNTUK HARI ESOK MEREKA

Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade

Istriku, marilah kita tidur. Hari telah larut malam
lagi, sehari kita lewati… meskipun nasib semakin tak pasti
lihat anak kita tertidur menahankan lapar
erat memeluk bantal dingin pinggiran jalan
wajahnya kurus, pucat, matanya dalam

Istriku, marilah kita berdoa. Sementara biarkan lapar terlupa
seperti yang pernah ibu ajarkan: Tuhan bagi siapa saja
meskipun kita pengemis pinggiran jalan
doa kita pun pasti Ia dengarkan
bila kita pasrah diri, tawakal
esok hari perjalanan kita masih sangatlah panjang
mari tidurlah, lupakan sejenak beban derita. Lepaskan

…….. dengarkanlah nyanyi
…….. dari seberang jalan
…….. usah kau tangisi
…….. nasib kita hari ini

Tuhan,
selamatkanlah istri dan anakku
hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki
kepada yang berkuasa dan kenyang di tengah kelaparan
Oh.. hindarkanlah mereka dari iri dan dengki
kuatkanlah jiwa mereka, bimbinglah di jalanMu
bimbinglah di jalanMu

Yk 1977

DIA LELAKI ILHAM DARI SURGA
Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade

Dia yang berjalan melintasi malam
adalah dia yang kemarin dan hari ini
akan selalu menjadi ribuah cerita
karena dia telah menempuh semua perjalanan
dia berjalan dengan kakinya
dia berjalan dengan tangannya
dia berjalan dengana kepalanya
tetapi ternyata …
dia lebih banyak berjalan dengan pikirannya

Dia jelajahi jagat raya ini
dengan telanjang kaki dan tubuh penuh daki
meskipun dia lebih lapar dari siapa pun
dia menempuh lebih dari siapa pun
meskipun dia lebih miskin dari siapa pun
meskipun dia lebih nista dari siapa pun
tetapi ternyata …
dia lebih tegak perkasa dari siapa pun

batu-batu seperti menyingkir
sebelum dia datang, sebelum dia lewat
semak-semak seperti menguak
sebelum dia injak, sebelum dia menyeberang
dia berjalan dengan matanya
dia berjalan dengan perutnya
dia berjalan dengan punggungnya
tetapi ternyata …
dia lebih banyak berjalan dengan pikirannya

Gadis-gadis selalu menyapa
karena dia tampan, meskipun penuh luka
kata-katanya tak bisa dimengerti
tetapi selalu saja akhirnya terbukti

dia lekaki gagah perkasa
dia lelaki ilham dari surga
dia lelaki yang selalu berkata:
bahwa kita pasti akan kembali lagi kepadaNya

Yk 30 Sept 1978

JAKARTA I
Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade

Selamat pagi padamu Jakarta
di pintumu kau tak sambut tanganku
hanya suara tawamu kudengar parau… Jakarta
dan nafasmu gemuruh gemerlapan
seperti sengaja kau ciptakan untukku
sementara masih terasa gema doa di mulutku

Inikah Jakarta?
hanya beginikah sikapmu Jakarta?
atau aku yang salah, bila kukatakan kau tak ramah
debu-debu panas di jalanan
nampak sepi dari cinta dan kasih sayang
tidak seperti di kampungku yang hijau

Di sini …
tak kan kutemukan lagi suara seruling yang ditiup lelaki kecil
sambil berbaring di punggung kerbau yang digembalanya
atau nyanyian bambu-bambu seperti musik simphoni
mengiringi anak-anak telanjang bermain berkejaran di pematang basah

Selamat malam padamu Jakarta
dimanakah kau sembunyikan kekasihku
atau mataku yang tak mampu lagi mengenali wajahnya
sebab…
tak ada bau lumpur dan rumput di rambutnya
seperti ketika dia masih tinggal di kampung
suka bercanda berdua di bawah malam purnama

Inikah Jakarta?
hanya beginikah kiranya Jakarta?
kau cambuk punggung siapa saja
yang kalah atau yang tetap bertahan
bahkan di sini …
matahari seperti enggan terbit dari timur lagi
tidak seperti di kampungku yang damai
matahari selalu terbit dari sela bukit biru
dengan warna kuning kemerahan di atas hijau dedaunan
di bawah burung-burung mulai beterbangan

di sini aku makin rindu kampungku
di sini aku makin cinta kampungku
bersabarlah…
akan kutundukkan Jakarta…
untukmu!

20 Oktober 1978

PERNAH KUCOBA UNTUK MELUPAKAN KAMU
(HIDUP I)

Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade

Pernah kucoba untuk melupakan Kamu
dalam setiap renunganku
melupakan semua yang Kau goreskan
pada telapak tanganku
dan juga kucoba untuk meyakinkan pikiranku
bahwa sebenarnya Engkau tak pernah ada
bahwa bumi dan isinya ini tercipta
karena memang harus tercipta
bahwa Adam dan Hawa tiba-tiba saja turun
tanpa karena makan buah kuldi dahulu
dan aku lahir juga bukan karena campur tanganMu
hanya karena ibu memang seharusnya melahirkanku

Tetapi … yang kurasakan kemudian
hidup seperti tak berarti lagi
dan ternyata bahwa …
hanya kasih sayangMu yang mampu membimbing tanganku

Tuhan, maafkanlah atas kelancanganku
mencoba meninggalkanMu
sekarang datanglah Engkau bersama angin
agar setiap waktu aku bisa menikmati
kasihMu

Feb 1977

OBSESI KP I/203
(HIDUP II)

Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade

Malam ini aku mesti pulang
untuk segera tidur di kamarku yang gelap
meskipun sebenarnya aku ingin tetap tinggal
untuk menikmati bintang, untuk menikmati bulan

sebentar lagi Kasih beri aku waktu
untuk sekedar mengucapkan selamat malam
meskipun aku tak dapat melihat wajahMu
tapi hembusan angin cukup mengatakan kehadiranMu untukku

Dan sekarang aku telah tidur sendiri
di kamarku yang gelap dan dingin penuh angan-angan
dan sekarang aku telah pulang kembali
ke rumah yang kotor dan penuh cita-cita

di sinilah, di kamarku yang gelap ini
aku ingin menumpahkan kerinduanku
di sinilah, di kamarku yang dingin ini
aku ingin menangis di pangkuanMu

Hari ini aku pergi sembahyang
untuk mendekatkan diri kepadaMu
semoga Kau tahu apa yang kumaksudkan

semoha Kau lebur dosa dan kekhilafanku

BERJALAN DI HUTAN CEMARA
Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade

Berjalan di hutan cemara
langkahku terasa kecil dan lelah
makin dalam lagi ku ditelan fatamorgana
tebing tanah basah di pinggir jalan setapak
seperti garis wajahMu, teduh dan kasih
makin dalam lagi ku dicekam kerinduan

Kabut putih melintas di jalanku
jarak pandangku dua langkah ke depan
ada seberkas cahaya menembus rimbun dedaunan
sanggupkah menerangi jalanku
dan aku berharap kapankah kiranya
sampai di puncak sana

aku kan bertanya siapakah diriku
aku kan bertanya siapakah Kamu
aku kan bertanya siapakah mereka
aku kan bertanya siapakah kita

Desember 1977

EPISODE CINTA YANG HILANG
Puisi & Lagu: Ebiet G. Ade

Kemanakah akan kucari lagi
butir-butir cintaku yang lama kubuang
apakah pada gelombang lautan
atau pada hiruk-pikuk jalanan

Semua sungai ingin kususuri
semua bukit ingin kudaki
semua padang belantara akan kutembus
harus kutemukan lagi sebutir cintaku yang hilang
ditelan dusta … kemarau panjang …

Kapankah akan kudengar lagi
nyanyian angin dan denting gitarmu
apakah pada pancaran rembulan
atau tubuh-tubuh panas jalanan

Semua bumi angin kujejaki
semua langit akan kudaki
semua bintang-bintang akan kutembus
harus kutemukan lagi sebutir cintaku yang hilang
ditelan dusta … kemarau panjang …
Yk Des 1978


mY First

test for posting